Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Annisa Putriawantiko

Tetap Taat Walau Ramadhan Pergi

Agama | Sunday, 14 Apr 2024, 13:18 WIB

Tetap Taat Walau Ramadhan Pergi

Oleh: Annisa Putri, S.Pd (Pendidik)

Tak terasa sebulan lamanya sudah kaum muslimin menjalankan ibadah puasa, gema takbir pun terdengar menandakan tiba saatnya waktu berpisah dengan bulan suci dan bersiap menyambut hari raya Idul Fitri. Tentulah rasa sedih menyelimuti pada tiap-tiap hati kaum muslimin sebab perpisahannya dengan Ramadhan. Bagaimana tidak, dibulan yang mulia inilah Allah beri kesempatan kita untuk mencari amal-amal terbaik yang bisa menghantarkan kita pada tempat tertinggi yang diimpikan seluruh umat Islam yakni Syurga.

Jika kita flashback selama 30 hari kemarin, betapa suasana Islami menghiasi setiap harinya, Al-Qur’an kembali didekati dengan membacanya, menghafalkannya bahkan mentadaburi artinya, berburu mendatangi majelis-majelis ilmu, bersedekah juga sila ukhuwah antar saudara, nampaknya hampir seluruh aktivitas pun mendadak berubah Islami mulai di social media hingga dunia nyata, tak jauh-jauh pembahasan dari Islam.

Begitulah keberkahan Ramadhan, memang Allah spesialkan didalamnya terdapat beribu-ribu keistimewaan yang tidak ada dibulan lainnya. Maka wajar, kaum muslimin pun berlomba mencari pahala didalamnya. Namun kini, bulan mulia itu telah pergi setahun lamanya meninggalkan sedih pada diri kaum muslimin. Namun yang amat menyesakkan dada, bukan hanya Ramadhannya saja yang pergi, melainkan suasana Islami itu juga kian mudar, kaum muslimin pun kembali pada rutinitasnya yang lambat laun jejak Ramadhan perlahan hilang, beragam aktivitas ketaatan pun berganti dengan kembali merajelalanya dosa dan maksiat didepan mata. Na’udzubillah.

Ramadhan Pergi Maksiat Kembali?

Pernah kah kita bertanya, mengapa selepas Ramadhan begitu cepat suasana Islami menghilang bahkan nyaris tanpa jejak ditengah kehidupan? apakah memang semangat beribadahnya kaum muslimin hanya dibulan Ramadhan saja? Jika kita melihat fenomena ini yang pertama digaris bawahi ialah tentu kita tidak menafikkan kemuliaan Ramadhan yang berbeda dengan bulan yang lain, maka wajar ada perbedaan atau penambahan aktivitas amal disana. Namun yang menjadi persoalan ketika sikap taat dan patuh itu hanya muncul ketika Ramadhan saja tetapi dibulan-bulan yang lain ia kembali ingkar enggan melaksanakan titah dari sang pencipta.

Hal yang demikian itu nampaknya sudah melekat dibenak masyarakat bahkan tak sedikit ada yang beranggapan bahwa kembali banyaknya maksiat setelah Ramadhan itu adalah sesuatu yang lumrah atau alamiah terjadi, tentulah pemikiran yang sangat keliru. Sebab seharusnya alamiahnya kaum muslimin taat kepada Allah setiap hari bukan dibulan Ramadhan saja. Jika kita lihat lebih dalam ternyata hal ini senada dengan adanya ide Sekuler yang menyelimuti umat Islam hari ini.

Ide Sekuler yakni paham yang memisahkan kehidupan dengan agama, menjauhkan kaum muslimin dengan agamanya sendiri yakni Islam. Ide inilah yang mengaruskan dan mengkondisikan seakan-akan agama itu hanya ada di tempat-tempat dan waktu tertentu. Jika mau beribadah, sholat, berdoa, ataupun membahas Islam tempatnya di Masjid, sedangkan ketika beraktivitas diluar, bekerja, bergaul dan sebagainya aturan Islam tidak tersentuh.

Begitupun Ramadhan, disamping melimpahnya keberkahan didalamnya, pun tak lepas dimanfaatkan oleh kafir Barat untuk tetap menjauhkan Islam dari kaum muslimin. Dengan menghembuskan pemikiran-pemikiran busuknya kedalam diri umat, seakan-akan hanya di bulan Ramadhan waktunya kaum muslimin menjalankan kewajibannya sedang dibulan lain tidak. Maka, wajar muncul sikap kaum muslimin ketika Ramadhan berlomba-lomba taat, menutup aurat dan melaksanakan kewajiban lainnya, namun berhenti ketika Ramadhan pergi kembali mengumbar aurat, tidak menjaga pergaulan dan lainnya.

Dengan demikian, setelah melihat fenomena diatas tentulah ini amat bahaya bagi diri kaum muslimin, pemikiran rusak ala barat mengkerdilkan Islam dengan menempatkannya pada saat-saat tertentu saja, padahal Islam telah lengkap aturannya mengatur disetiap sendi kehidupan manusia.

Tetap Taat Walau Ramadhan Pergi

Perginya Ramadhan seyogyanya meninggalkan bekas yang mendalam bagi kaum muslimin, berharap ada perubahan yang lebih baik, bertambahnya keimananan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sebab itulah goals yang ingin dicapai, setelah menahan hawa nafsu sebulan lamanya, melakukan amal shalih, sangatlah berharap bisa mencapai derajat takwa. Sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Kata taqwâ berasal dari kata waqâ. Artinya, melindungi. Kata tersebut kemudian digunakan untuk menunjuk pada sikap dan tindakan untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Caranya tentu dengan menjalankan semua perintah Allah SW T dan menjauhi larangan-Nya.

Pengertian takwa tersebut sebagaimana dikatakan Thalq bin Habib, seorang Tabi’in, salah satu murid Ibnu Abbas ra. Dikatakan. “ Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT berdasar kan cahaya-Nya dengan mengharap pahalaN ya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasar kan cahaya- Nya karena takut terhadap azabNya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr, I/2440).

Dengan demikian jika ingin meraih takwa, haruslah tunduk patuh terhadap semua perintah Allah, tidak memilah-milih aturan sesuai perasaan atau kepentingan, selama itu titah dari sang pencipta maka wajib untuk mentaatinya. Dan ingat melakukan ketaatan kepada Allah adalah tugas kita sebagai hamba, yang tak terbatas pada tempat dan waktu, melainkan setiap saat dalam hidup maksimalkanlah untuk beribadah kepadaNya.

Terakhir, tentu untuk taat totalitas menjalankan perintah dan larangan Allah dalam kehidupan tak bisa hanya ranah individu atau masyarakat saja, melainkan butuh support system negara yang punya kuasa untuk menerapkannya. Maka dengan begitu,akan terbangunlah suasana keimanan yang tinggi bagi setiap kaum muslimin secara kontinyu bukan hanya dibulan Ramadhan melainkan dibulan-bulan lainnya. Wallahu’alam Bisshawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image